"Apa mau dikata, memang kami harus mencari jalan supaya aman bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi untuk semua masyarakat," kata Itang kepada CNNIndonesia.com.
Sebagai desainer senior, Itang menjelaskan koleksi ini berbeda dengan sejumlah hijab yang pernah dibuatnya. Katonvie mengusung hijab teknologi duplex atau cetak saring pada kedua sisi bahan.
Teknologi ini menghasilkan scarf dengan motif yang presisi dengan sisi di baliknya dengan pilihan warna yang berbeda. Artinya, kedua sisi kain atau delapan sudut kain dengan dua warna yang berbeda dapat digunakan sesuai keinginan. Jahitan tepian juga dibuat melinting agar dapat digunakan dari seluruh sudut.
Printing dua sisi ini ditemukan pada 2007 oleh Hermawan Lim, ayah dari CEO Katonvie Anthony Lim. Teknologi duplex ini sebelumnya digunakan pada printing untuk kain batik.
Inovasi ini pula yang membuat Itang tertarik menerima pinangan Katonvie. Menurut Itang, penggunaan teknologi ini sekaligus menerapkan fesyen berkelanjutan yang ramah lingkungan.
"Saya melihat inovasi yang dimiliki Katonvie membuat scarf secara duplex dan kesamaan visi mengangkat motif Indonesia ke mancanegara," tutur Itang.
Di koleksi Selaksa Sarimbit Nusantara, Itang mengangkat motif dari Sumatera dan Jawa.
![]() |
"Wastra nusantara yang mengandung banyak makna kehidupan. Sarimbit berarti berpasangan diaplikasikan pada hijab," ucap Itang.
Empat corak dan warna terinspirasi dari motif dengan warna pekat dan glamor dari Sumatera seperti merah, biru, cokelat, dan hijau.
Empat motif lainnya diangkat dari tanah Jawa seperti motif bunga dan corak batik yang lembut seperti warna hijau muda, merah muda, seladon chinese, tobacco.
Terlihat motif daun kayu putih, mega mendung, ikat, daun perdu, dan motif songket. Motif itu tertuang dalam bahan viscose yang tebal tapi tetap nyaman dipakai.